Isolasi AH agak rumit karena harus hati-hati dengan penggunaan larutan pengekstrak. Isolasi AH memakan waktu 9-54 jam bahkan lebih, tergantung keberadaan alat dan bahan organik yang diekstrak. Jika NaOH digunakan sebagai pengekstrak, maka perlu dicuci untuk menukar Na yang terjearp AH dengan H sehingga menjadikan AH lebih reaktif dan tidak meninggalkan masalah pada tanah yang diaplikasikan. Penjenuhan Na atau K pada ekstraksi AH menyebabkan reaktivitas AH berkurang karena sisi muatan negatif dijenuhi dengan Na dan K. Pemurnian AH dapat dlakukan dengan berbahgai cara, salah satunya dengan pencucian dengan air hingga 3-5 kali. Pencucian dengan HCL dan HF memerlukan biaya mahal, sehingga cukup dengan air bersih saja, syukur-syukur air yang mempunyai EC 0 mS/cm. Pencucian dengan air menyebabkan terjadinya pertukaran Na+ atau K+- larutan pengektrask dengan H+. Penggantian katon ini tidak merubah pH tanah.
AH mengandung gugus fungsional karboksilat, fenolat, dan quinon rantai C siklik atau alifatik yang mampu menjerap /menukarkan Na+, memfiksasi K+, NH4+ , mengkhelat kation valensi ganda (lCa,Mg, Fe, Al, Mn, Pb, Cu ), mengikat mikroba, mineral liat, dan air. oleh karenanya, AH bisa melepaskan nutrisi terjerap atau terfiksasi kation valensi tunggal dan mikroba. Besarmnya nilai KTK AH menunjukkan kemampuannya dalam memaintain nutrisi dan air dalam tanah. Hasil ekstraksi beberapa AH berbagai bahan organik dari limbah tanaman, ternak, dan industri bervariasi antara 2- 15% dengan KTK antara 55-95 me/100g. Nilai EC AH nol yang berarti tidak ada ion terlarut dalam AH. Nilai pH AH 2 bisa disesuaikan ke pH yang diinginkan dengan penambahan basa (kapur).
Gambar 1. Asam Humat cair (kiri), Asam Fulvat (kanan)
AH cair bisa disimpan dalam bentuk kering dengan mengovennya pada suhu 40-50 0C atau dengan pemanasan dengan api kecil suhu diatur sekitar 40oC. Pengeringan AH cair menjadi padatan memerlukan waktu 4- 24 jam tergantung kekentalan AH.
Manfaat AH bagi bidang pertanian telah diyakini dapat memperbaiki kesuburan tanah baik sifat fisik, kimia, dan biologi, baik untuk tanah masam, alkalin atau marginal. Semakin masam AH, akan semakin tinggi kandungan H sehingga kemampuan menurunkan pH tanah alkali lebih baik dibanding AH dengan pH tinggi. Jika AH digunakan untuk memperbaiki kesburuan tanah masam, sebaiknya dibuat ke pH 7 agar potensinya menteralkan pH lebih baik. Lahan-lahan tercemar limbah industri, bisa dimanipulasi dengan AH pH 4-5 sehingga mampu mengkompleks/mengkhelat Fe, Pb, dan Cu larutan.
AH bukan pupuk, sehingga jika digunakan untuk produksi tanaman perlu ditambahkan nutrisi tersedia tanaman. Hasil percobaan efek pemberian AH terekstrak NaOH yang dicuci dengan air sekali menyebabkan pertumbuhan padi belum terpengaruh, perkembangan akar kurang maksimal, dan timbul kerak garam pada tanah setelah akhir tanam padi. Namun jika AH dicuci dengan air hingga 3 kali, pertumbuhan akar dan batang padi dan jagung lebih baik dibanding kontrol. Pemberian 30-60 g amelioran/ 3 kg tanah dapat meningkatkan pertumbuhan jagung lebih baik dibanding dosis lainnya. Amelioran dibuat dari campuran AH 30% , 50% kompos dan 10% liat (setara 1-2 g AH/kg).